Pengikut

Total Tayangan Halaman

Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

1. Inggris a. Embrio Koperasi


1. Inggris
a. Embrio Koperasi
Inggris, yang oleh beberapa kalangan dianggap sebagai Negara cikal bakal
koperasi di dunia, pada masa-masa tahun 1700-an, di akhir era peninggalan “gilda”
(Ima Suwandi, 1980), mulai tumbuh organisasi-organisasi yang bersifat tolong
menolong. Apalagi setelah lahir The Friendly Societies Act pada tahun 1773. Hingga
pada tahun 1800 tercatat tidak kurang 7.200 perkumpulan sosial serupa yang
terdaftar dan memiliki anggota sekitar 600.000 orang. (Ima Suwandi,1980). Semangat
tolong-menolong secra sosial tersebut dalam perkembangannya ternyata telah pula
menggapai sisi bidang kegiatan ekonomi para anggota perkumpulan. Seperti yang
ditunjukkan oleh para pekrja pelabuhan di Woolwich dan Chatam, yang pada abat ke
18 telah mengorganisasi diri membangun pabrik pengolahan tepung terigu untuk
dapat menerobos perdagangan yang saat itu sudah mulai sampai pada tingkat
monopolistik dari pada pabrikan terigu. Mereka mengumpulkan uang (dalam bentuk
uang kecil/recehan dari mata uang Poundsterling, Inggris), sedikit demi sedikit agar
mapu menggalang kekuatan (Ima Suwandi, 1980).
D. Danoewikarsa, dalam buku Tanya Jawab Tentang Koperasi, yang ditertibkan
pada tahun 1977, antara lain juga mengisahkan awal pertumbuhan embrio koperasi di
inggris sebagai berikut :
“Pada akhir abad ke delapan belas oleh oleh beberapa tukang tenun di Fenwich
dibeli bersama-sama terigu dalam jumlah yang banyak. Di Mongewel dibuka orang
sebuah toko yang menjual barang-barangnya dengan harga pokok. Seorang pendeta di
Greenford membuka toko yang hanya menjual barangnya kepada mereka yang pada
hari minggu datang melakukan kebaktian di Gereja. Semua ini bertujuan hanya untuk
melepaskan diri dari membeli barang-barang keperluan sehari-hari dari toko yang
menjual barang dengan mahal, padahal mutu barangnya tidak baik. Jadi tujuannya
meringankan beban rakyat kecil dan belum menyebut atau membawa nama koperasi."
1) Disadur dari buku Dinamika Gerakan Koperasi Indonesia oleh H.M. Iskandar Soesilo
Selanjutnya,
"Tahun 1928 di Lennortown didirikan suatu perkumpulan yang diberi nama" Friendly
Society". Perkumpulan ini hampir mirip kepada koperasi, sebab ada anggaran dasarnya,
ada rapat anggota dan ada pengurusnya. Tujuan perkumpulan ini ialah tolong menolong
antara sesama anggota. Perkumpulan ini juga mendirikan toko yang modalnya dihimpun
dari anggota-anggotanya. Perkumpulan kerja sarna lainnya ialah mengerjakan bersamasama
penggilingan terigu untuk dijadikan tepung. Penggilingan kepunyaan bersamasarna
ini untuk pertama kalinya didirikan di Hull. Banyak yang tidak puas dengan
penggilingan-penggilingan itu karena menentukan ongkos giling yang tinggi, sehingga
jumlah penggilingan yang dikerjakan secara bersama itu semakin banyak. lnilah sebagai
langkah permulaan untuk menyusun ekonomi sebagai usaha bersama untuk
memperbaiki tingkat sosial mereka yang ekonominya lemah."
Pada saat itu belum ada landasan hukum untuk bertindak dalam kegiatan
ekonomi. Perkumpulan mereka masih dianggap sebagai organisasi sosial, tetapi juga
sekaligus sebagai kekuatan ekonomi. Perkumpulan koperasi pada saat itu hanya
terdaftar sebagai Friendly Societes. Tetapi mereka mampu membuktikan kekuatannya
(Ima Suwandi, 1980).
Baru pada tahun 1853, koperasi di Inggris diperlakukan sebagai The Industrial
and Provident Societes. Meskipun demikian semangat untuk membangun
perkumpulan atas dasar solidaritas dan tolong menolong ternyata segera meluas ke
beberapa wilayah lainnya.
Di Scotlandia, pada tahun 1789, sekelompok penganyam dari Ayshire, telah
bergotong royong mengumpulkan uang untuk membeli bahan baku, dan bahan
keperluan sehari-hari secara bersama-sama. Mereka juga mengumpulkan modal
sedikit demi sedikit sehingga menjadi besar dan dipergunakan pula untuk melakukan
kegiatan ekonomi yang lebih bermanfaat. Kelompok Ayshire tersebut dikenal sebagai
peletak dasar koperasi di Scotlandia, dan model tersebut terus berkembang hingga
tahun 1825, dan mereka lebih dikenal sebagai "kelompok penny capitalist".
b. Revolusi Industri
Lahirnya koperasi di dunia memang tampaknya tidak terlepas dari pengaruh
revolusi industri, reformasi pertanian dan politik ekonomi liberal, yang melanda Eropa
pada petengahan abad 18 sampai permulaan abad 19.
Revolusi lndustri dimulai dengan diciptakannya mesin pintal benang oleh
R.Hargreaves pada tahun 1764, yang kemudian disusul dengan berbagai penemuan
mesin tenun, yang segera menggantikan peran pekerja manusia. Mesin pintal dan
tenun itu sendiri segera mengalami perkembangan yang lebih cepat setelah
ditemukannya sistem penggerak air oleh Arkwright, sehingga memungkinkan
beberapa mesin tenun bisa bergerak sekaligus secara bersamaan.
Kemudian disusul dengan penemuan mesin uap oleh James Watt pada tahun
1765, yang dikombinasikan dengan peleburan besi menurut sistem Durby, sehingga
memungkinkan untuk membuat berbagai mesin modem dalam proses produksi (Team
Universitas Gajah Mada, 1985)
Mentaux dalam buku The Industrial Revolution In The 18 th Century
menggambarkan revolusi industri sebagai berikut :
Sistem pabrik modern yang berasal dari Inggris pada akhir pertiga dari abad
18, sejak permulaannya pengaruhnya dirasakan begitu cepat, dan menimbulkan
akibat-akibat begitu penting, sehingga tepat jika dipersamakan dengan sebuah
revolusi. …Revolusi industri merupakan proses perubahan yang cepat dalam
bidang industri yang mempunyai pengaruh dan akibat-akibat yang luas dalam
kehidupan dan penghidupan manusia. ...penggunaan mesin-mesin modern
semakin mendesak ke luar penggunaan tenaga manusia dalam proses
produksi, ..bahkan biaya produksi dapat ditekan lebih rendah dan volume usaha
dapat diperbesar.
Di samping itu, menurut Asthon, dalam buku The Industrial Revolution, tingkat
bunga bank yang rendah sungguh memegang peran yang penting dalam
mempercepat laju perkembangan ekonomi pada abad 18.
Keadaan yang demikian itu telah menjadi badai bagi industri rumah, sehingga
banyak di antara mereka yang gulung tikar. Tak pelak pengangguran menjadi
semakin besar, persaingan di antara kaum buruh juga semakin melebar, sehingga
membawa akibat upah buruh menjadi semakin merosot tajam.
Revolusi Industri yang telah mendorong menguatnya paham kapitalisme, di
sisinya yang lain memang dicatat telah menaikkan produktifiitas, tumbuhnya produkproduk
baru dalam jumlah dan mutu yang lebih baik, investasi dalam masyarakat
yang semakin bertambah, perbaikan teknologi yang selalu dikembangkan, naiknya
pendapatan, dan semakin besarnya tabungan sehingga akumulasi kapital terus
bertambah dan sebagainya. Tetapi harus pula dicatat bahwa bergelimangnya
keberhasilan tadi justru mekar di atas kesengsaraan dan merananya masyarakat yang
tak bermodal dan yang hanya mengandalkan tenaganya saja.
Revolusi lndustri pada gilirannya telah pula melahirkan keserakahan dan
penghisapan manusia oleh manusia yang sering disebut oleh orang Perancis sebagai
exploitation de l’homme par l’homme. Oleh sebagian besar buruh pada saat itu,
situasi yang demikian itu dirasakan sebagai periode yang sungguh menegangkan,
apalagi dibarengi dengan berbagai tekanan sosial ekonomi yang berat bagi
masyarakat kebanyakan, seperti bangkrutnya industri rumah tangga, banyaknya
orang yang kehilangan pekerjaan, upah buruh yang merosot, jam kerja yang lebih
panjang, pekerja wanita dan anak-anak diberi upah yang lebih rendah, kondisi kerja
yang tidak baik dan sebagainya.
c. Masa Robert Owen dan William King
Situasi yang demikian itu telah mendorong para pemikir sosial seperti Robert
Owen dan Dr William King, bekerja keras mencari alternatif dan sistem yang lebih
tepat bagi masyarakat banyak.
(1). Robert Owen (1771-1858)
Dia adalah seorang pelopor sosialis di Inggris, yang dikenal sebagai seorang
philantropis. Ia juga dikenal sebagai seorang industrialis yang kaya raya dan seorang
Direktur Pabrik Tenun. Ia terlahir dari keluarga miskin pada tanggal 14 Mei 1771 di
Newton.
Pada awalnya ia bekerja sebagai seorang buruh kasar pembuatan cerobong
asap. Pada usia 21 tahun ia masuk dalam kelompok pertenunan di Scotlandia. Ia tahu
persis betapa pahit getirnya perlakuan majikan terhadap buruh.
Pada usia 31 tahun, ia berhasil menjadi Direktur. Ia mulai memperhatikan nasib
buruh-buruhnya. Menaikkan upah buruh dan memperpendek jam kerja, dari 17 jam
menjadi 10 jam. Kepada buruh juga diberikan jaminan sosial dan hari tua serta
mendirikan sekolah bagi anak-anak buruhnya.
Sebagai Direktur ia tidak menggunakan seluruh kesempatan yang ada sematamata
untuk mengejar keuntungan perusahaan. Ia juga berpendapat, bahwa yang
menentukan watak seseorang adalah juga lingkungannya. Oleh sebab itu, menurut
Owen, untuk meningkatkan masyarakat yang sejahtera harus dimulai dengan
menciptakan lingkungan yang baik. Ia kemudian berjuang demi lahirnya undangundang
tentang pabrik (1819). Dua tahun sebelumnya (1817) ia berjuang di Parlemen
untuk melahirkan Undang-Undang Koperasi dan cara-cara mengatasi kemiskinan
yang saat itu sedang melanda Inggris.
Karena berbagai pandangan dan pendapat yang dilontarkan kurang mendapat
tanggapan dari pihak-pihak yang kompeten, maka untuk memperjuangkan
idealismenya, pada tahun 1830, ia melepaskan jabatannya sebagai Direktur. Ia
kemudian langsung mengabdikan diri pada cita-citanya untuk memperjuangkan
perbaikan nasib masyarakat banyak atas dasar kesamaan derajat.
Ia bercita-cita dan sekaligus mempraktekkan cita-citanya tersebut melalui
pembentukkan suatu komunitas baru dan mengembangkan suatu kehidupan sosial
ekonomi yang lebih sehat. Dalam komunitas baru tersebut seluruh pekerjaan
dikerjakan bersama dan hasilnya menjadi milik bersama. Komunitas tersebut
dilengkapi dengan semacam dapur umum, toko, perumahan, sekolah, perpustakaan,
dan keperluan hidup lain. Setiap orang yang menjalankan tugas diberi bon (atau kalau
sekarang mungkin semacam voucher), yang dapat ditukarkan dengan barang yang
diperlukan. Owen terjun langsung di tengah-tengah komunitasnya di Lancasshire,
New Lannark, New Harmony, Indiana, dan Irlandia.
Namun perjalanan usaha tersebut tampaknya tidak berhasil dengan baik.
Sementara analis memperkirakan kekurang berhasilan usaha tersebut antara lain
karena usaha tersebut belum bisa sepenuhnya memberikan pelayanan sebagaimana
diharapkan oleh para anggota komunitas yang bersangkutan, terutama dalam
penyediaan kebutuhan anggota komunitas.
Banyaknya bon-bon (labour notes) yang dikeluarkan yang tidak seimbang
dengan jumlah barang yang tersedia menyebabkan goyahnya upaya-upaya Owen. Di
sisi lain adalah juga karena kurangnya pengalaman dari para anggota komunitas
dalam hal bertani atau sebagai pengrajin. Mereka juga kekurangan modal. Berbagai
kesulitan hidup bersama dalam satu kehidupan komunitas juga merupakan fakta yang
tidak menguntungkan bagi berkembangnya komunitas yang dirintis Robert Owen.
Impian Robert Owen untuk mengembangkan usaha berdasarkan kerjasama
yang bertumpu pada solidaritas pada saat itu tampaknya belum dapat sepenuhnya
diwujudkan. Namun demikian, kerjasama (koperasi), sebagai bentuk organisasi
ekonomi baru yang penuh dengan kandungan nilai-nilai filsafat sosial yang tinggi dan
bermoral telah lahir.
Pengalaman tersebut kemudian mendorong para penganut Owen, banyak
yang beralih mengikuti aliran Chartist yang dianggap lebih realistik. Gerakan-gerakan
yang dilakukan oleh kaum Chartist adalah berkat adanya People's Charter. Lahimya
People's Charter tahun 1738 telah memberi peluang kepada warga Inggris, untuk
memperoleh hak-hak sipil yang lebih longgar. Misalnya, kalau dulu orang yang
melarat tidak boleh menjadi anggota parlemen, maka berdasarkan charter yang baru,
orang yang tidak mampu diperbolehkan menjadi anggota parlemen. Pria diberikan hak
pilih secara terbuka. Pemilihan anggota parlemen dilakukan secara demokratis
terbuka setiap tahun. Anggota parlemen yang sebelumnya tidak dibayar, maka
berdasarkan ketentuan baru, dibayar. Hal-hal tersebut telah memberi peluang yang
lebih besar dan semakin memungkinkan bagi kaum chartist untuk dapat
memperjuangkan perbaikan kesejahteraannya melalui forum politik di parlemen.
Sementara itu untuk memperjuangkan sisi ekonominya, mereka menggunakan
pemikiran-pemikiran Dr. William King.
(2). Dr. William King ( 1786-1885) .
Dr. William King, yang lahir di Ipwich tahun 1786, adalah perintis koperasi
kedua di Inggris. Sebagai dokter lulusan Cambridge yang kemudian bertugas di
Brighton, ia menaruh perhatian yang besar kepada nasib kaum buruh. Sebagai dokter,
yang juga mempelajari teologi, filsafat, sejarah, ilmu pasti dan ekonomi. Ia memiliki
rasa kemanusiaan yang sangat tinggi rasa. Ia ingin berbuat sesuatu yang dapat
membantu memperbaiki nasib kaum buruh. Ia segera saja mengembangkan berbagai
pedoman dan menterjemahkan berbagai ide usaha bersama ala Robert Owen
tersebut ke dalam tindakan-tindakan yang lebih nyata.
Pada akhir tahun 1839, King mulai memelopori berdirinya koperasi-koperasi
lokal yang relatif kecil-kecil. Beberapa buruh diorganisir untuk mendirikan tako
koperasi agar dapat memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari secara bersama-sama.
Kegiatan tersebut sekaligus untuk menghindarkan kaum buruh dieksploitasi oleh
warung dan pedagang swasta yang banyak tumbuh pada saat itu.
Dalam waktu 2 (dua) tahun telah berdiri sekitar 130 koperasi atas anjuran dan
bantuannya.
Berbeda dengan Owen yang ingin mengadakan perbaikan seluruh masyarakat
melalui pembentukan komunitas baru, King membatasi hanya pada kaum buruh. King
menyadari akan kekurangan-kekurangan yang ada pada koperasi-koperasi
sebelumnya. Ia menerbitkan majalah yang diberi nama "Cooperator", dan dibagikan
secara cuma-cuma kepada seluruh koperasi dan anggotanya agar meningkat
kesadaran dan kecakapannya. Koperasi di masa William King telah mendekati
koperasi modem, karena telah memasukkan unsur ilmu pengetahuan dan teknologi di
dalamnya.
Meskipun telah berupaya dengan sekuat tenaga, namun kurangnya keinsyafan
dari kalangan anggota telah menyebabkan kurang berhasilnya perkembangan dengan
baik. Meskipun demikian, ada beberapa kalangan yang juga mencatat bahwa
berbagai keberhasilan koperasi di saat itu telah menjadikan para pedagang non
koperasi menjadi semakin tidak suka kepada koperasi. Pedagang merasa
mendapatkan pesaing yang benar-benar harus dilawan.
Situasi tersebut telah meningkatkan persaingan yang keras dari para pedagang
non koperasi terhadap koperasi. Sampai-sampai majikan-majikan pabrikan pun
membayar upah buruhnya dalam bentuk kupon yang hanya bisa dibelanjakan di takotako
non koperasi milik majikan pabrikan.
Koperasi rintisan King memang pada akhimya tak mampu berkembang secara
meluas, namun bagaimanapun kegiatan dan dorongan nyata Dr. William King telah
mengukuhkan lahimya idealisme baru bahwa kehidupan yang baik ternyata dapat
dicapai dengan berkoperasi. Ia juga berpendapat, bahwa di dalam organisasi koperasi
konsumsi terdapat jalan untuk pembaharuan sosial dan ekonomi. Dengan jalan
berkoperasi, menurut King, buruh-buruh akan terlepas dari ketergantungan dan
dengan menyisihkan dana cadangan dari keuntungan secara terus menerus akan
memperoleh kekuatan (D. Danoewikarsa, 1977).
Hal ini merupakan hal yang paling menonjol dalam perkembangan koperasi
lebih lanjut. Semangat keberhasilan sebagai dasar bagi berdirinya suatu koperasi
telah diletakkan oleh Dr. William King.
Karena begitu gigih dan besarnya perhatian Dr. William King terhadap koperasi
pada saat itu, maka sementara kalangan ada yang menyebutnya sebagai Bapak
Koperasi (D.Danoewikarsa, 1977).
Semenjak itu mulai bermunculan berbagai koperasi konsumsi awal di Inggris.
Termasuk masyarakat di Rochdale, pada tahun 1833 sempat mendirikan The
Rochdale Friendly Cooperative Society. Namun koperasi tersebut tidak tahan lama,
antara lain karena koperasi tersebut melakukan pelayanan secara kredit bagi
penjualan barang-barang konsumsinya kepada anggota, sehingga modalnya yang
relatif kecil tak kuat menopang kegiatan tersebut. Ada catatan yang menarik bahwa di
London, pada tahun 1832, sempat terselenggara Kongres Koperasi.
Seiring dengan derap para pekerja pabrik membangun berbagai usaha
bersamanya, pada tahun 1829, Bank Of Scotland juga berimprovisasi mencoba
memberikan pinjaman kepada pemilik toko, pengrajin dan petani tanpa jaminan
barang, tetapi jaminan pribadi dan karakter dari calon peminjam. Pendekatan
kepercayaan tersebut berhasil dan di kemudian hari telah menjadi salah satu dasar
pengembangan koperasi simpan pinjam ala Raiffeisen dan Schulze Delitzsch di
Jerman.
d. Tonggak Baru Perkoperasian Di Rochdale
Rochdale kembali digemparkan ketika pada tanggal15 Agustus 1844, dengan
dipimpin Charles Howard, 28 orang buruh pelopor dari Rochdale, Manchester, yang
terdiri dari seorang perempuan dan 27 orang pria, yang kesemuanya adalah buruh
tenun, telah sepakat untuk mendirikan koperasi. Mereka telah mempelajari dengan
seksama gagasan dan pemikiran Robert Owen dan William King.
Demikian juga mempelajari sebab-sebab kegagalan koperasi di masa laIu, dan
akhirnya melalui berbagai diskusi mereka mampu menyepakati berdirinya koperasi
yang bertumpu pada pokok-pokok pikiran: solidaritas, demokratis, kemerdekaan,
alturisme, keadilan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan.
Mereka juga sepakat bahwa cara-cara bekerja koperasi dilandasi oleh 6
(enam) asas-asas koperasi konsumsi, yang kemudian dikenal sebagai prinsip-prinsip
koperasi Rochdale tahun 1844 (D.Danoewikarsa, 1977).
Selanjutnya disepakati pula bahwa masing-masing anggota diwajibkan
menyerahkan 240 pence (bentuk jamak dari penny), yang diangsur tiap minggu 2
pence. Dengan demikian dalam waktu 120 minggu kewajiban tersebut telah dapat
diselesaikan oleh masing-masing anggota. Mereka juga diwajibkan menyerahkan
modal sebesar satu poundsterling, untuk modal pengembangan usaha.
Koperasi tersebut diberi nama "The Rochdale Society's Of Equitable Pioneers",
yang kemudian didaftarkan pada tanggal 24 Oktober 1844 dan mulai beroperasi pada
tanggal 21 Desember 1844. Koperasi tersebut kemudian dikenal sebagai koperasi
konsumsi pertama di dunia yang sukses pada masanya. Perkumpulan tersebut bukan
lagi sebagai "gemeinschaft", tetapi sudah merupakan "gesellschaft".
Bahkan oleh sementara kalangan dianggap sebagai sejatinya koperasi yang
pertama didirikan di dunia "...it is the origin of whole present day cooperative
movement... ", kata Georges Lassere, dalam bukunya Cooperative Enterprises yang
telah diterjemahkan oleh Anne Flamming, terbitan Cooperative Union Ltd. 1959,
dicetak oleh Presse Universitarie de France).
Bila pada saat pembukaan, akhir 1844, "Warung" koperasi yang berlokasi di
Toadlane itu baru mampu menyediakan 25 Kg mentega, 25 Kg gula, 7 karung tepung
terigu yang terdiri atas tiga macam, dan dua katak lilin yang berisi 24 batang lilin
(berdasarkan data yang tersebut dalam daftar inventarisnya), maka 7 (tujuh) tahun
kemudian, yaitu pada tahun 1851, koperasi telah mampu mendirikan sebuah pabrik,
menyediakan perumahan bagi anggota, mengadakan pelatihan-pelatihan dasar, dan
sebagainya. Anggotapun telah berkembang menjadi 5.526 orang pada tahun 1855.
Sukses koperasi tersebut telah semakin mendorong bergulirnya semangat
berkoperasi ke beberapa wilayah lain di lnggris dan juga ke beberapa negara di Eropa
lainnya, seperti Jerman, Negeri Belanda, Perancis, Denmark, Swedia, Norwegia,
Rusia dan beberapa negara Eropa Timur lainnya, bahkan ke henna Arnerika, Asia,
Afrika dan Australia serta di berbagai pelosok dunia.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar